Contoh Kasus Teori Spiral of Silence
Contoh Kasus Teori Spiral of Silence
Sebelumnya kita harus tau terlebih dahulu asal muasal teori spiral masuk ke dalam teori komunikasi. Teori spiral keheingan ini telah dikembangkan oleh Elisabeth Noelle Neumann (1973, 1980) yang merupakan seorang sosiolog, ahli politik, serta jurnalis Nazi Jerman yang membenci Yahudi serta mendukung Hitler. dalam pendapatnya, Neumman mengungkapkan bahwa teori spiral keheningan adalah upaya untuk menjelaskan opini public dibentuk serta teori ini hanya befokus pada opini publik semata.
Bahwa banyak asal populasi menyesuaikan prilakunya di arah media teori ini telah dinyatakan menjadi dasar yg penting dalam memelajari kondisi insan (Neumman, 1993).
Teori ini dihasilkan serta terinspirasi saat dia berada di lingkungan Nazi pada masa itu, yang mana banyak orang yang merasa terisolasi opini-opininya ketika dia mereka ingin mengemukakan pendapat mereka. sehingga tidak keliru Jika banyak orang yang mengalami Spiral Keheningan ini mencari dukungan melalui media massa.
Saverin dan Tankard (2001) pernah beropini bahwa manusia dianggap memiliki indera semi statistik (quasi-statistical sense) yang digunakan untuk menentukan opini dan cara perilaku mana yang disetujui atau tidak disetujui oleh lingkungan mereka, serta opini dan bentuk sikap mana yang memperoleh atau kehilangan kekuatan.
Opini pun tidak harus disampaikan secara lisan, bisa melalui tanda menggunakan cara menempel stiker pada berbagai kawasan atau memasang pamphlet tentang opini kita melalui suatu karya. karena pada penyampaian opini terdapat berbagai cara, serta cara itulah yang merupakan model cara dalam memberikan pendapat melalui teori spiral keheningan.
seperti apa yg dikatakan oleh Littlejohn (1996), “Kita berani melakukan itu karena kita yakin bahwa orang lain pun bisa menerima pendapat kita.”
korelasi Media dengan Opini
Sebagian besar masayakarat sulit membedakan serta menyangkal dampak media terhadap pandangan seseorang, walaupun opini publik sebenarnya adalah pandangan langsung. Hal ini ditimbulkan karena adanya individu yang ‘tidak berdaya’ di hadapan media yang dikarenakan dua alasan, di antaranya:
Sulitnya mendapatkan publisitas suatu sudut pandang, dan fitnah berasal media yang dianggap sebagai pillory function 9fungsi pasungan). Media yang pada biasanya menonjolkan suatu opini membentuk masyarakat sulit untuk membedakan antara pandangan yang diperoleh dari media dengan pandangan yang diperoleh berasal sumber lain selain media.
Neolle-Neumann (1973) mengemukakan bahwa spiral keheningan mengajak kita kembali kepada teori media massa yang perkasa, yang mensugesti hampir setiap orang dengan cara yang sama.
Saverin dan Tankard (2001) menyampaikan tiga cara media massa dalam mendistribusikan opini publik, di antaranya:
- Media massa menghasilkan kesan wacana opini yang secara umum dikuasai.
- Media masa menghasilkan kesan wacana opini mana yang sedang semakin tinggi.
- Media masa menghasilkan kesan wacana opini mana yang dapat disampaikan pada muka awam tanpa menjadi tersisih.
Contoh Kasus
Masalah Ahok menistakan agama , kaum mayoritas berpendapat bahwa Ahok sahih-benar menista agama sedangkan kaum minoritas beropini sebaliknya , disini opini kaum dominan menekan opini minoritas sehingga timbul pendapat awam bahwa Ahok menista agama ,sebagai akibatnya kaum minoritas menjadi ragu untuk menyuarakan pendapatnya ,dan opini kaum mayoritaslah yang diterima oleh masyarakat.
Penulis adalah mahasiswa semester I jurusan Hubungan Masyarakat Program Vokasi Universitas Indonesia.
Komentar
Posting Komentar